Rabu, 08 Desember 2010

::Andai Dia Tahu::

Bilakah dia tahu
Apa yang t’lah terjadi
Semenjak hari itu
Hati ini miliknya

Mungkinkah dia jatuh hati
Seperti apa yang ku rasa
Mungkinkah dia jatuh cinta
Seperti apa yang ku damba

Bilakah dia mengerti
Apa yang t’lah terjadi
Hasratku tak tertahan
Tuk dapatkan dirinya

Mungkinkah dia jatuh hati
Seperti apa yang ku rasa
Mungkin kah dia jatuh cinta
Seperti apa yang ku damba

Tuhan yakinkan dia
Tuk jatuh cinta
Hanya untukku

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Diminggu pagi yang cerah, tampak dua orang anak sedang bermain di sebuah taman di pinggir kolam.
“io, sini deh!!! Ada ayunan tuh, kita maen ayunan yuk!!!!!” ajak anak perempuan
“yuk, aku juga bosen dari tadi maen kejer-kejeran sama kamu” jawab si anak yang dipanggil Rio tadi
Mereka pun berjalan beriringan ke arah ayunan yang dimaksud.
“Yo, kamu mau janji nggak sama aku???” tanya anak perempuan itu lagi
“Apa???” balasnya lagi
“Janji kamu akan terus nemenin aku sampai kapan pun!!!!” kata anak itu lagi
“Ya iya lah, fy!! Aku akan terus nemenin kamu terus. Karena kamu itu sahabat aku” kata Rio menjawab pertanyaan Ify tadi
“makasih ya, Rio!!! Karena Rio udah mau jadi temen Ify” kata Ify lagi
“Iya!!! Eh, fy!!! Udah sore, pulang yuk!!! Nanti kamu dimarahin sama mama kamu kalo pulangnya kesoean” ajak Rio
“yukk!!! Tapi besok kita kesini lagi ya!!!” balas ify
“OK!!!” balas Rio.
Akhirnya mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Rumah mereka terletak dalam satu perumahan hanya berbeda blok. Ify di blok B, sedangkan Rio di blok D. Mereka bertemu secara tidak sengaja. Saat itu....


::flashback on::

Rio kecil sedang naik sepeda menyusuri kompleks perumahannya sambil menikmati udara sore. Tiba-tiba ia melihat Ify kecil sedang terduduk di tepi jalan dengan sepeda disampingnya. Didorong rasa penasaran, Rio pun melajukan sepedanya ke arah Ify, Rio semakin terkejut tatkala ia mengetahui kalau Ify sedang menangis. Rio kemudian memarkirkan sepedanya dan berjalan mendekati Ify.
“Hai, kamu kenapa?? Kok nangis” kata Rio sambil menyentuh bahu Ify. Merasa ada yang menyapanya, Ify mengangkat kepalanya. Ify menatap Rio heran bercampur bingung, maklum Ify belum pernah bertemu Rio sebelumnya.
“Hey, aku Rio!!! Aku baru pindah disini!!! Kamu kenapa?? Kok nangis???” kata Rio lagi sambil mengulurkan tangannya
“aku Ify!! Tadi aku lagi naik sepeda, tapi tiba” ada motor yang nyalip aku, trus aku kaget makanya aku jatoh!!!!” jawab Ify sambil menjabat tangan Rio
“Ohh, coba sini aku liat lukanya” kata Rio sambil jongkok untuk melihat luka di lutut Ify.
“Sini aku bersihin luka kamu, kamu tahan dikit ya” kata Rio sambil mengusap luka di lutut Ify menggunakan sapu tangan yang dibawanya. Ify hanya meringis menahan perih di kakinya
“Nah, sekarang luka kamu udah bersih, tinggal di obatin aja. Ayo, aku anterin pulang. Kamu nggak mungkin bisa naek sepeda sendirian” kata Rio lagi
“terus sepeda aku kaya’ mana???” tanya Ify lagi
“Sepeda kamu mending dititipin dirumah sodara aku aja, rumahnya deket kok dari sini. Bentar ya aku anterin sepeda kamu dulu” kata Rio sambil menuntun sepeda Ify. Tak lama kemudian Rio kembali ketempat di mana Ify menunggu.
“Sepada kamu udah aku titipin, besok kita ambil. Sekarang aku nterin kamu pulang, yuuk” kata Rio lagi sambil menaiki sepedanya. Akhirnya Ify pun pulang dengan diantar oleh Rio. Sejak saat itu Rio dan Ify pun semakin akrab.

::flashback end::

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Tokk, Tokk, Tokk
“Ify, bangun nak!!! Udah pagi, hari ini kan hari pertama kamu masuk SMA” suara mama Ira membuat jiwa Ify kembali ke raganya
“Iya, ma!!! ini juga udah bangun kok” balas Ify sambil beranjak dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi.
Tak lama kemudian Ify keluar kamar dengan dandanan khas murid kelas X yang akan melaksanakan MOS. Rambut di iket sepuluh dengan pita yang berwarna-warni, kaos kaki warna hitam disebelah kanan dan warna putih disebelah kiri, serta kalung yang berisi berbagai macam jenis sayuran mulai dari kacang panjang hingga jengkol dan tak lupa nametag yang bertuliskan namanya beserta nama SMPnya dulu. Ify segera menuju mekan makan, disana sudah ada mama, papa, dan Deva adik satu-satunya.
“pagi semua” sapa Ify sambil duduk di sebelah Deva
“Pagi juga, fy” balas papa dan mama
“Pagi dedep tayong” sapa Ify ke Deva yang masih asik menikmati sarapannya
“Pagi juga kakakku yang...” ucapan Deva terpotong setelah ia menoleh ke arah Ify
“Huuuaaaahaaaaahhhaaa” tawa Deva setelah melihat dandanan Ify
“Sumpah kak, lo udah mirip orang gila yang sering lewat depan rumah. Huahhaaahhhaaa” lagi deva tertawa.
“yee, enak aja lo nyama-nyamain gue sama orang gila. Denger ya, gue itu emang dari lahir udah cantik, jadi mau didandanin kaya’ apa juga tetep aja cantik” kata Ify narsis sambil mengambil sepotong dan mengolesnya dengan selai kacang kesukaannya
“hoekk, kata siapa tuh!!! Lagi khilaf kali tuh orang bisa bilang lo cantik” balas Deva.
“ihh, enak aja. Itu fakta, dev!! Gue tuh emang cantik!!” balas Ify lagi
“suka-suka lo deh, kak!!!” kata Deva kemudian
Mereka kemudian melanjutkan sarapannya masing-masing.
“Fy, hari ini kamu berangkat sendiri atau sama Rio??” tanya papa
“uhmm, aku berangkat sendiri aja deh, pa!!!!” kata Ify lagi
“ya udah, kamu kalo nyetir hati-hati ya. Ini pertama kalinya kamu bawa mobil sendiri ke sekolah, dan papa nggak mau denger kamu nabrak pohon lagi kaya’ waktu itu” pesan papa
“siip, pa!! Waktu itu kan aku masih dalam proses belajar, pa! Jadi maklum aja kalo nabrak pohon” kata Ify lagi
“kak, gue nebeng ya!!!” pinta Deva
‘enak aja!! Lo tadi udh ngatain gue kaya’ orang gila” kata Ify
“Yah, lu mah sama adek sendiri juga, boleh ya kak!!! Kalo boleh, gue kutuk lo jadi cantik deh, kalo nggak gue doain lo biar tambah jelek” rayu Deva sambil memasang muka memelas
“hmm, gimana ya, dev!!! Sebagai kakak yang baik, dan gue juga gg tahan liat muka lo kalo’ lagi memelas gitu, dengan sangat terpaksa gue ijinin deh lu nebeng sama gue” kata Ify akhirnya
“Nah, gitu donk!! Dari tadi napa kak!!!!” kata Deva lagi
“Ma, pa!! Aku berangkat dulu ya!! Takut telat. Kan nggak enak, baru hari pertama sekolah udah telat” kata Ify sambi mencium tangan dan pipi mama serta papanya dan ngacir ke mobilnya.
“Deva, buruan!!!” teriak Ify dari teras
“Ma, pa!! Aku juga berangkat ya!!” pamit Deva, kemudian menyusul Ify yang sudah standby di depan kemudi
“Buru-buru amat sih kak!! Baru jam setengah 7 juga!!!” kata Deva setelah duduk di samping Ify
“diem aja deh lo!! Udah nebeng juga” balas Ify sambil menyalakan MP3 di mobilnya dan tak lama lagu Seize the day dari miliknya Avenged Sevenfold mengalun di mobil Ify. Tak sampai 30 menit mobil Ify sudah terparkir di halaman SMA Putra Bangsa yang sangat populer dikalangan remaja ibukota. Ify pun segera berkumpul bersama siswa kelas 1 lainnya. Beberapa ada yang sudah dikenalnya karena berasal dari SMP yang sama dengannya, termasuk sahabat-sahabatnya yaitu, Sivia, Shilla, dan Agni. Tak lama terdengar pengumuman bahwa seluruh siswa-siswi baru disuruh kumpul di lapangan karena upacara pembukaan MOS akan dimulai. Setelah upacara pembukaan selesai, giliran para anggota OSIS memperkenalkan diri di depan seluruh siswa-siswi.
“Semuanya, saya minta perhatiannya sebentar. Sebelum kita mulai acara MOS hari ini, kami sebagai anggota OSII akan memperkanalkan diri kami, di mulai dari saya Mario Stevano Aditya sebagai ketua” kata Rio
“Saya Alvin Jonathan sebagai Wakil ketua 1” lanjut seorang cowok berwajah oriental tanpa senyum sedikit pun
“Gabriel Stevent Damanik, wakil ketua 2” kata seorang cowok di sebelahnya. (dan seterusnya, kalau ditulis juga bisa” isinya Cuma pengenalan anggota OSIS). Akhirnya kegiatan MOS hari itu berakhir juga.
“Fy,,,,,” panggil seseorang. Ify yang hendak masuk ke mobilnya reflek membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memanggilnya.
“Eh, Rio!! Kenapa yo!!??” tanya Ify,
“lo bawa mobil kan, gue nebeng ya!! Hari ini gue nggak bawa kendaraan!!!” pinta Rio
“Ya udah nih!! Lo yg bawa” kata Ify sambil menyerahkan kunci mobilnya
Diperjalanan Ify kembali menyetel lagu dari Avenged Sevenfold, namun kali ini yang berjudul Dear God.
“Yo, temen lo tadi yang sipit itu tadi siapa namanya???” tanya Ify
“Oh, si Alvin!! Kenapa??” tanya Rio, tanpa mengalih pandangannya dari jalanan didepannya
“Kok perasaan gue, tuh anak cuek banget ya, terkesan dingin malah. Emang sih gue akui kalau dia cakep. Dan cewe’ mana sih yg nggak melting liat dia” jelas Ify
“hehehehe, bisa aja lo, Fy!! Alvin emang anaknya kayak gitu, cuek dan cool. Trus kalo lo lagi ngomong sama dia jangan heran kalo tanggepannya Cuma kata “ooh”, “ya, udah”, malah kadang” nggak di tanggepin sama sekali” jelas Rio
“lo deket banget ya sama dia???”
“gue sama Alvin temenan dari kita SMP. Tadinya dia nggak sedingin itu fy. Tapi semenjak nyokapnya meninggal dan bokapnya sibuk ngurusis bisnis keluarnya ia jadi berubah cuek bin dingin. Kalo kata gue sih, dia tuh kesepian” kata Rio lagi
“trus kok lo betah sih temenan sama patung???” tanya Ify lagi
“karena dia sahabat gue, Fy!!! Sama kayak lo, walaupun lo cerewet setengah mampus, gue tetep mau jadi sahabat lo kan!!! Begitu pun gue dengan Alvin, gue tetep akan jadi sahabat dia apapun kondisi dia” kata Rio lagi
“yee, enak aja lo bilang gue cerewet” kata Ify tidak terima
“Emang keyataan kok, lo itu CEREWET” ulang rio dengan penekanan pada kata terakhir
“Rioooo...” kata Ify sambil memukul pundak Rio
“Stopp, fy!! Gue lagi konsen nyetir, nih!!!!” kata Rio menghindari Ify. Akhirnya dengan tak rela hati Ify pun berhentti memukul Rio. Tak terasa akhirnya mereka sudah sampai didepan rumah Rio.
“Thanks ya, Fy” kata Rio setelah turun dan posisinya kini digantikan oleh Ify
“Santai aja, yo!” jawab Ify
“Serius nih lo nggak mau mampir dulu??” tawar Rio
“Nggak usah makasih, besok-besok aja. Gue capek banget! Mana harus nyiapin peralatan buat MOS besok. Lo ngasih tugasnya banyak sih” kata Ify
“Resiko jadi adek kelas” kata Rio
“Ya udah deh, gue balik ya, yo! Daaaa” kata Ify sambil menjalankan mobilnya. Rio masih didepan gerbang rumahnya, ia baru masuk kedalam setelah mobil Ify menghilang di tikungan.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

“Gue pulangg......” kata Ify begitu membuka pintu rumahnya.
“Hust, kamu nih, fy. Kebiasaan deh, pulang sekolah bukannya salam malah teriak-teriak” tegus mama.
“hehehehe, iya mama!! Assalamualaikum!!” ulang Ify
“nah, kan harusnya kaya’ gitu. Wa’alaikumsalam. Gimana tadi hari pertama jadi anak SMA???” balas mama
“huft, capek banget, ma!!!” jawab Ify sambil tiduran dipangkuan mama Ira
“Ya udah kalo gitu kamu sekaran ganti baju, terus makan habis itu istirahat” ujar mama lagi
“mama hari ini masak apa, ma???” tanya Ify lagi
“Tadi mama bikin soup ayam kesukaan kamu, udah buruan mumpung masih anget soupnya” suruh mama lagi. Mendengar menu favoritnya, Ify bergegas ganti pakaian dan langsung menuju meja makan. Selesai makan Ify kembali ke kamarnya.
“hmm, enaknya ngapain ya??” pikir Ify
“SMS Rio aja deh” ujar Ify lagi sambil mengambil hapenya. Baru aja ia meraih Hapenya yang di atas meja, ada 1 SMS dari no tak dikenal masuk ke hapenya.

From : 0812345678901

Hai.....

Penasaran, Ify pun segera mengetik balasan.

To : 0812345678901

Siapa ni???

Tak berapa lama kemudian ada SMS balasan dari no. asing tersebut

From : 0812345678901

Ni gue, Debo!!!
Temen SMP lo,
Inget????

“ahh, Debo sms gue!!! Akhirnya setelah gue lost contact sama dia” seru Ify kegirangan. Debo merupakan salah satu temen SMP Ify. Bukan hanya temen, mereka pernah terikat dalam suatu kisah bersama. Namun, kisah mereka terpaksa berakhir tatkala Debo harus pindah mengikuti orang tuanya ke Makassar. Sampai saat ini Ify masih memendam perasaan yang sama seperti saat mereka masih bersama dulu. Itu lah yang menyebabkan Ify betah menjomblo selama ini. Dulu waktu Debo pergi meninggalkannya, Ify sempat jatuh sakit, mama nya sempat khawatir akan kondisi Ify, namun untungnya ada Rio yang selalu menghiburnya.
Kemudian Ify larut dalam keasikannya membalas SMS dari Debo, hingga ia lupa niat awalnya.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Keesokan harinya Ify berangkat sekolah dengan dandanan seperti kemarin. Kali ini ia berangkat bareng Rio.

Tinn, Tinn, Tinn

Terdengar suara mobil Rio didepan rumahnya, segera Ify menghabiskan sarapannya dan pamitan ke mama dan papanya.
“kak, lo hari ini nggak bawa mobil ya? Trus gue berangkat bareng siapa dong?” kata Deva
“elah, dev!! Lo kan bisa bawa motor sendiri, kalo lo males bawa motor lo bisa bareng sama papa” kata Ify lagi sambil berlalu.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Pagi, rio!! Sorry lama ya???” kata Ify yang sudah duduk manis di sebelah Rio
“Baru sadar kalo lo itu lelet banget. Untung gue orangnya sabaran, kalo nggak udah gue tinggal lo” kata Rio sambil menjalankan mobilnya
“Yee,!!! Eh, yo!!! Lo tau masih inget nggak sama Debo???” tanya Ify
“Debo? Debo? Debo cinta monyet lo waktu SMP itu bukan? Yang bikin lo nangis kejer sampe sakit itu?” tanya Rio memastikan
“Iya, ternyata ingatan lo bagus juga” kata Ify
“huu, jangan remehkan mario dalam hal ingat mengingat. Emang kenap tumben lo nanyain dia??” tanya Rio lagi
“Lo tau nggak, kemarin dia SMS gue. Sumpah, gue nggak nyangka, yo! Dia masih inget sama gue. Tadinya gue pikir setelah dia pindah dan kita lost contact, dia bakalan lupa sama gue” cerita Ify semangat. Rio hanya diam mendengarkan cerita Ify. Tapi jauh didalam lubuk hatinya, ia menjerit sakit.
“dia gimana ya sekarang??? Udah lama nggak ketemu tuh anak. Terakhir gue ketemu dia kelas 2 SMP, lama banget ya, yo” lanjut Ify lagi.
“Yo,,,,” panggil Ify karena merasa di cuekin oleh Rio
“Hah, apa fy???” tanya Rio kaget
“Ihh, lo mah gg asik. Dari tadi gue cerita tapi lo nya sendiri malah asik ngelamun. Berasa cerita sama patung deh” kata Ify sambil cemberut
“Yee, siapa yang ngelamun. Tadi itu gue nginget-inget mukanya Debo” kilah Rio
“Ohhh...” jawab ify sambil menyalakan MP3 di mobil Rio dan memilih lagu secara acak, namun lagu yg terpilih sangat menggambarkan perasaan hati Rio saat ini.

Bilakah dia tahu
Apa yang t’lah terjadi
Semenjak hari itu
Hati ini miliknya

“Yahh, mellow amat ni lagu, ganti lah” ujar Ify sambil tangannya bergerak ingin mengganti lagu yang sedang di putar.
“Jangan, fy!! Gg usah di ganti” kata Rio sambil menahan tangan Ify. Sesaat jantung Rio kembali berdetak melebihi dosis yang sewajarnya. Dan rasa itu kembali muncul. Namun segera di tepisnya perasaan itu. Karena ia tidak mau terbawa perasaan itu, karena ia tidak mau semakin terluka.

Mungkinkah dia jatuh hati
Seperti apa yang ku rasa
Mungkinkah dia jatuh cinta
Seperti apa yang ku damba

Akhirnya mereka pun melajutkan perjalanan ke sekolah dalam diam, hanya lagu dari miliknya kahitna saja yang memenuhi mobil Rio. Tapi alasan diam antara Ify dan Rio sangat jauh berbeda. Jika Rio diam karena berusaha menghilangkan perasaannya pada Ify, perasaan yang akhir-akhir ini mengganggu hidupnya, perasaan yang sering mengganggu konsentrasinya, perasaan yang selalu menemani dirinya melewati malam, perasaan yang selalu muncul saat dirinya sedang bersama Ify. Berbeda dengan Ify, ia diam karena sibuk menerka-nerka seperti apa Debo sekarang, apa dia masih sama seperti dulu, apa perasaan debo ke dirinya masih sama seperti saat mereka masih bersama.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

“Arrrgghhhh......” teriak Rio dari kamarnya.
Mendengar teriakan kakaknya, Ray segera berlari ke arah kamar kakaknya. Begitu pintu terbuka, ray terkejut melihat rio sudah terkapar di lantai kamarnya dengan darah segar yang mengalir dari mulutnya dan membasahi lantai kamarnya.
“Kak Rio....” kata ray, sambil mengangkat kepala Rio dan meletakkan di pangkuannya
“Kak, lo kenapa??? Bi okky, mang dadang” panggil Ray
“Iya, mas” kata bi okky dan pak dadang
“ya, tuhan. Mas Rio...” lanjut bi Okky kaget melihat keadaan Rio
“bi, cepet suruh mang udin siapin mobil. Pak dadang, bantu saya ngangkat kak rio” perintah Ray
“baik, mas” kata bi okky dan pak dadang barengan
Tak lama kemudian mobil CRV ray segera melaju layaknya sedang berada di dalam arena balap. Di kursi belakang Rio tergeletak tak berdaya dengan dipangku bi Okky. Sungguh ironis memang, di saat seperti ini, bukan mamanya yang ada disampingnya, melainkan bi okky. Buat rio dan ray, peran bi okky sangatlah berarti dalam hidup mereka, karena dari kecil kedua orang tua mereka sibuk dengan pekerjaannya. Di kursi kemudi, ray mengemudikan mobil dengan pikiran yang tak menentu, yang ada di pikirannya hanya satu, secepatnya tiba di rumah sakit. Ia sudah tidak peduli lagi dengan umpatan dan makian yang ditujukan untuknya dari para pengguna jalan yang lain.

Setibanya dirumah sakit, Rio segera dibawa ke ruang ICU. Di luar Ray menunggu dengan gelisah sendirian. Sedangkan Bi okky sudah pulang duluan naik taksi. Ia sudah memberitahu orang tua mereka yang saat ini sedang berada di Kanada. Mereka berjanji akan pulang secepatnya. Ray pun sudah memberitahu Ify dan teman-teman Rio yang lain. Mereka pun sekarang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Tak lama Ify tiba dirumah sakit dengan diantar oleh Debo. Memang saat Ray memberi tahunya tentang kondisi Rio, ia sedang pergi dengan Debo

“ray, gimana ceritanya, Kok Rio bisa sampe muntah darah??” tanya ify dengan suara bergetar
“gue juga nggak tau kenapa, kak!! Selama ini kak Rio nggak pernah cerita sama gue. Lo tau sendirikan, kak Rio orangnya cenderung tertutup” cerita Ray.
“tadi waktu gue lagi belajar di kamar, tiba” gue denger kak rio jerit kayak orang yang sangat kesakitan. Trus gue sampirin dia dikamarnya, tapi terlambat. Begitu gue sampe di kamarnya, kak rio udh pingsan dan yang bikin gue tambah panik dari mulut kak Rio,.....” ray terdiam nggak sanggup melanjutkan ucapannya. Ify sudah dapat menebak apa kelanjutannya. Seketika tubuhnya serasa dilolosi tulangnya, hampir saja ia ambruk di lantai rumah sakit. Untung Debo yang berada disebelahnya sigap menahan badan Ify agar tidak jatuh. Kemudian menuntun Ify untuk duduk di kursi. Satu persatu teman-temannya Rio pun berdatangan, dimulai dari Gabriel yang datang bersama Sivia, kemudian disusul Alvin, lalu Cakka, dan terakhir Agni yang datang bersama Shilla. Kini mereka bersama menunggu Rio yang saat ini sedang berjuang di dalam ruang ICU
Setelah menunggu hampir 3 jam, akhirnya dokter pun keluar dari ruang ICU. Sontak Ray bangkit dari duduknya yang sama sekali tidak tenang.
“dok, gimana keadaan kakak saya??” tanya Ray pada sosok berjas putih didepannya
“kamu adiknya Rio???” tanyanya balik
“iya, dok! Saya adiknya. Jadi gimana kondisi kakak saya??” ulang ray lagi
“Penyakitnya semakin parah” jawab dokter itu lagi
“Penyakit??? Maksud dokter apa???” kali ini Ify yang bertanya. Namun, dokter itu hanya diam.
“dok, jawab dong!! Sebenernya kak Rio sakit apa??” tanya Ray lagi,
“jadi kamu tidak tau kalo sebenernya Rio itu sakit kanker otak stadium akhir” kata dokter itu lagi.
“dok, dokter jangan becanda. Nggak mungkin Rio sakit separah itu. Selama ini dia sehat-sehat aja” kata Alvin diikuti anggukan dari yang lain
“tapi itulah kenyataannya” kata dokter itu menyakinkan
“tapi kakak saya masih bisa sembuhkan dok!! Dia masih sempat untuk menjalani kemoterapikan??’ tanya ray lagi
“seandainya bisa. Namun, semua itu sudah terlambat. Saat ini kami hanya bisa memberi obat buat menghilangkan rasa sakit, tapi obat itu tidak dapat menyembuhkan” kata dokter itu lagi
“apa kami bisa menemuinya sekarang dok??” tanya Ray lemas
“Silahkan. Yang dibutuhkan pasien saat ini adalah dukungan dari orang-orang terdekatnya” kata dokter itu lagi. Dengan langkah setengah diseret Ray pun memasuki ruang tempat Rio dirawat. Terlihat tubuh Rio yang kurus dengan selang yang terpasang hampir disekujur badannya. Perlahan Ray mendekati ranjang Rio dan duduk disebelahnya.
“kak, kok lo jahat sih sama gue. Kenapa lo nggak cerita sama gue kalo lo itu sakit parah. Kenapa lo lebih memilih memendam semuanya sendiri. Kenapa lo lebih memilih untuk menikmati rasa sakit itu sendiri. Kenapa kak?? Kenapa?? Jawab pertanyaan gue kak??” tanya Ray disebelah badan Rio yang matanya terpejam
“Sebenernya lo anggep gue ini apa sih, kak?? Lo udah nggak nganggep gue sebagai sodara lo lagi, iya??? Kak Rio, please bangun!! Buka mata lo” pinta Ray lagi, namun tetap saja mata itu terus terpejam
“lo inget nggak!! Waktu kita kecil, lo yang selalu belain gue. Kalo ada anak yang ngejailin gue, lo selalu ngelindungi gue. Lo yang selalu nenangin gue, kalo emosi gue lagi meledak-ledak. Terus lo juga yang selalu nemenin gue karena selalu ditinggal mama sama papa. Kita ngelewatin semua ini berdua kak. Tapi kenapa untuk masalah ini lo nggak mau berbagi sama gue” kata Ray lagi, airmatanya semakin deras membasahi pipi tembemnya
“kak, sekarang lo liat gue. Sekarang gue nangis, lo nggak mau kan ngeliat gue nangis. Lo pernah janji kan sama gue, kalo lo akan berusaha buat ngasih apapun yang gue minta. Sekarang gue minta lo bangun, lo buka mata lo, dan hapus air mata gue ini. Ayo kak, gue mohon” pinta Ray sambil menggenggam erat tangan kakaknya.
Tiba-tiba pintu terbuka perlahan, sepintas Ray melihat siapa yang membuka pintu melalui pantulan kaca jendela. Dan ternyata Ify lah yang membuka pintu tersebut.
“ray....” sapa Ify sambil memengang bahu Ray
“gantian gue ya, ada yang mau gue omongin sama Rio” kata Ify lagi. Ray pun mengangguk pelan
“kak, gue keluar dulu ya. Gue harap, semoga waktu gue masuk lagi ke kamar ini, lo udah buka mata lo. OK, kak” kata Ray, lalu berjalan pelan keluar.
Kini Ify pun duduk menggantikan posisi ray. Perlahan digenggamnya tangan rio, seakan memberi kekuatan kedalam raga Rio.
“Hai, pupbay” sapa Ify pelan. Ify sengaja menggunakan panggilan itu, berharap agar Rio mendengarnya lalu bangun dan berkata “Hello, perlu berapa kali gue bilang ke elo, jangan pernah panggil gue dengan sebutan memalukan itu”. Tapi harapan Ify sia-sia, rio tetap saja memejamkan mata kejoranya. Menyembunyikan sinarnya, seakan-akan tak mengijinkan seorang pun menikmati cahaynya
“Yo, lo kok nggak bangun sih. Gue tau lo tuh kalo’ tidur kebo’ banget, taoi sekebo’-kebo’nya elo, kalo lo denger panggilan itu lo pasti bangun dan langsung marah-marah. Tapi kenapa sekarang lo tetep aja nggak bangun???” tanya Ify sedikit terkekeh
“hehehe, lawakan gue garing ya, yo?? Iy gue tau kok, gue nggak akan pernah bisa kayak lo, yang selalu bisa mencairkan suasana dengan lawakan lo. Lo yang selalu bisa bikin gue tersenyum. Lo yang selalu bijaksana dalam menyelesaikan masalah” lanjut Ify lagi sambil menatap Rio lekat-lekat
“Yo, lo kan pernah bilang ke gue, kalo salah satu diantara kita sedang dalam masalah, jangan pernah menyimpan masalah itu sendiri, karena kita itu Sahabat. Tapi kenapa sekarang lo nyembunyiin ini semua dari gue, yo? Kenapa?? Apa lo udah nggak nganggep gue sebagai sahabat lo lagi, apa lo udah bosen sahabatan sama gue?? Lo udah nggak percaya lagi sama gue?? Iya, yo?? Jawab, yo!!!” tanya Ify lagi. Air matanya sudah mengalir deras membasahi pipinya.

Malam ini Ray dan Ify menginap di rumah sakit menemani Rio yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Mereka terus menjaga Rio hingga akhirnya mereka berdua terlelap. Ray tertidur disebelah Rio sambil menggenggam erat tangan kakaknya. Sedangkan Ify tidur di sofa rumah sakit.
Pagi harinya, Ray terbangun karena merasa tangan Rio yang berada digengganmannya bergerak.
“Kak, kak Rio!! Lo udah sadar kak!!” kata Ray senang
“Kak Ify, bangun kak!! Kak Rio udah sadar” kata Ray membangunkan Ify
Mendengar berita itu,, Ify terlonjak bangun dari tidurnya.
“Rio, lo udah sadar, yo!! lo tunggu bentar ya, gue panggil dokter dulu” kata Ify sambil bergegas keluar untuk memanggil dokter. Selama pemeriksaan Ify dan Ray menunggu di depan kamar Rio. Tak lama dokter Septian keluar dari kamar Rio.
“dok, gimana keadaan kakak saya??” tanya Ray
“kondisinya masih sangat lemah, walaupun ia telah berhasil melewati satu tahap kritisnya” jelas dokter Septian
“apa udah tidak ada cara supaya kakak saya bisa sembuh, dok??” tanya Ray pelan
“sayangnya tidak ada. Kalau untuk kemoterapi sudah sangat terlambat” kata Dokter septian lagi
“dok, menurut ilmu medis. Umur sahabat saya tinggal berapa tahun lagi??” kali ini Ify yang mengeluarkan suara
“menurut ilmu kedokteran, umur Rio tidak lebih dari 5 bulan lagi. Tapi itu semua tergantung kehendak yang diatas” kata dokter itu lagi.
“maaf dok, pasien ingin bertemu dengan keluarganya” ujar seorang suster yang baru keluar dari kamar Rio
“baik, kalian silahkan bertemu dengan Rio. Tapi ingat, Rio jangan diajak banyak ngomong dulu, kondisinya masih sangat lemah” ingat dokter Septian lagi
Ray dan Ify pun kembali memasuki kamar Rio. Kembali Ify merasa matanya memanas melihat sahabatnya terbaring lemah tak berdaya, dengan selang yang terpasang ditubuhnya. Ray pun merasakan hal yang sama, hatinya menjerit seakan tak rela jika kakaknya menderita. Jika tuhan mengijinkan, ia ingin menggantikan posisi kakaknya saat ini.
“Hai.....” sapa Rio pelan setelah Ray berada di sebelah kanannya dan Ify disebelah kirinya
“gue kok disini, emang gue sakit apa???” tanya Rio lagi.
“kak, lo sampe kapan sih mau nyembunyiin ini semua dari gue. Gue udah tau semuanya kak. Dokter udah cerita semuanya sama gue” jawab Ray. Rio terkejut mendengar ucapan Ray. Tapi, ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya
“maksud lo apa, ray?? Gue nggak ngerti” kata Rio lagi berusaha sesantai mungkin
“yo, cukup lo sembunyiin penyakit ini dari kita. Sudah cukup lo menanggung penderitaan ini sendirian” kali ini Ify yang mengjawab pertanyaan Rio
“jadi lo berdua udah tau semuanya. Kalian udah tau kalo gue sekarang sakit. Dan penyakit gue ini nggak mungkin bisa sembuh” kata Rio lagi
“maafin gue karena nyembunyiin ini semua dari lo berdua. Gue sengaja nggak ngasih tau lo berdua, karena gue nggak mau orang-orang yang gue sayang sedih” lanjut Rio
“trus kenapa lo nggak mau ngejalani kemoterapi??” cerca Ray
“Ray, apa kalo gue ikut kemoterapi, penyakit gue bisa 100% sembuh?? Nggak kan. Jadi kenapa gue harus ngejalani sesuatu yang nggak pasti” kata Rio lagi.
“Udahlah fy, ray. Lo berdua nggak usah sedih. Lagian kan gue yang sakit, kenapa jadi lo berdua yang banjir air mata” hibur Rio
“Kak, gue sayang sama lo. Lo harus janji sama gue, lo harus menang ngelawan penyakit ini. gue tau lo bisa. Lo kakak gue yang kuat” kata Ray sambil memeluk Rio. Rio hanya tersenyum mendengar ucapan Ray dan membalas pelukan dari adik satu-satunya
“nggak ray. Gue nggak bisa janji untuk sesuatu yang belum pasti. Tapi gue janji kalo gue akan berusaha” kata rio menenangkan Ray.
Ify yang melihat secara langsung betapa kuatnya ikatan persaudaraan antara Rio dan Ray tidak dapat lagi membendung airmatanya. Ia pun berjalan meninggalkan Rio dan ray berdua. Diluar ia bertemu dengan Debo dan Alvin yang baru datang.
“Fy, rio gimana?? Kok lo nangis lagi??” tanya alvin yang melihat Ify keluar dari kamar Rio dengan air mata yang belum kering di pipinya.
“Rio nggak kenapa-napa. Dia juga udah sadar kok. Kakak kalo mau masuk, masuk aja kak. Di dalem ada ray juga” jawab Ify
“trus kenapa lo nangis??” tanya Debo khawatir
“Aku cuma keinget sama omongan dokter Septian tadi” jawab Ify
“Emang dokter ngomong apa??” tanya Alvin panik
“Dokter bilang, kalo umur Rio nggak lebih dari 5 bulan” kata Ify lagi. Alvin yang mendengar itu pun kaget seketika
“Rio udah tau tentang ini??” tanya Alvin lagi
“belum, gue sama ray nggak tega mau ngasih tau ke Rio. Kita nggak mau Rio semakin menderita. Cukup sudah ia menderita selama ini dengan menyembunyikan semua ini dari kita” jawab Ify lagi
“tapi Rio harus tau, fy!!! Kita harus kasih tau rio tentang hal ini” kata Alvin lagi, ia sudah hendak membuka pintu kamar rio, namun tangan Ify menghentikan gerakannya
“kak, gue mohon. Jangan kasih tau rio tentang hal ini” pinta Ify
“tapi, fy...” balas Alvin
“Kak, please! Gue mohon banget. Jangan tambah penderitaan Rio” mohon Ify lagi. Alvin akhirnya luluh juga.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Sore itu Ify terduduk lemas didepan ruang ICU, sedangkan didalam ruang ICU itu, Rio sedang berjuang mempertahankan hidup. Ia sudah memberi tahu Ray dan yang lainnya termasuk kedua orang tua Rio yang baru tiba dari Kanada kemarin malam tentang kondisi Rio yang tiba” kritis. Taklama kemudian mereka semua sudah kumpul di rumah sakit. Debo berusaha menenangkan Ify.
Tiba-tiba dokter Septian keluar dari ruang ICU dan meminta semuanya untuk masuk. Rio menyambut mereka dengan sebuah senyuman yang terlihat sangat dipaksakan. Perlahan ditatapnya orang-orang disekelilingnya.
“Semuanya, makasih ya udah mau jagain gue selama gue dirawat” kata Rio pelan. Matanya kemudian beralih menatap Ify di sebelah kirinya
“buat Ify, thaxz banget karena lo udah rela nginep di rumah sakit demi nemenin gue. Makasih karena lo udah mau jadi sahabat gue. Makasih juga karena lo udah berhasil ngisi ruang kosong dihati gue” kata Rio sambil menatap dalam mata Ify. Lama ditatapnya sepasang mata bintang itu. Kemudian pandangnya teralih ke sosok di sebelah Ify
“De, selamat ya. Lo udh menangin hati Ify. Longlast deh buat kalian. Gue selalu doa’n yang terbaik buat lo berdua” kata Rio lagi.
“Makasih yo, semua ini juga berkat doa dari lo” kata Ify menjawab kata-kata Rio. Ia hanya tersenyum mendengar perkataan Ify. Kemudian matanya beralih ke arah Alvin, Gabriel, dan Cakka
“Bro, thaxz banget ya, lo semua udah mau jadi sahabat gue. Thaxz banget buat kerjasamanya selama ini. Gue titip basket sama OSIS ke kalian ya. Lanjutin perjuangan kita selama ini. OK” kata Rio menatap sahabat”nya
“Ma, Pa. Makasih ya buat kepercayaan yang mama sama papa kasih ke Rio selama ini. Maafin Rio, kalo Rio ada salah sama mama dan papa. Maaf juga Rio belum bisa membuat mama sama papa bangga sama Rio. Rio sayang mama papa” kata Rio sambil tersenyum dan menatap kedua orang tuanya
“Rio, kamu jangan bilang kaya’ gitu, nak. Mama bangga sama kamu. Kamu udah berhasil jagaiin Ray selama ini. maafin mama ya, sayang. Karna kami terlalu sering ninggalin kamu” kata Mama sambil mengusap kepala Rio
“Maafin papa juga ya, jagoan papa. Papa nggak bisa jagain kamu. Papa terlalu sibuk sama urusan kerjaan” lanjut papa. Mata Rio kemudian beralih ke Ray. Lama ditatapnya adik semata wayangnya ini.
Mama kemudian menyingkir sejenak dari sisi Rio memberi ruang untuk Ray agar mendekat dengan Rio. Setelah berada tepat disebelah Rio, ray menggenggam tangan kakaknya, berusah memberi sedikit kekuatan untuk kakaknya agar bertahan
“Ray, maafin gue ya, kalo’ selama ini gue cerewet sama lo. Tapi itu semua gue lakuin buat kebaikan lo juga. Maaf kalo gue belum bisa jadi contoh dan kakak yang baik buat lo. Gue belum bisa jagain lo. lo mau kan janji sama gue. Janji kalo’ lo bakal buat bangga mama sama papa” pinta Rio
“Kak, bukan hanya gue yang akan bikin mama sama papa bangga, tapi kita berdua kak. kita berdua akan bikin mama sama papa bangga. Makanya kak, lo harus sembuh. Lo harus kuat” kata Ray membalas ucapan Rio.
“nggak Ray, gue udah nggak sanggup” kata Rio sambil meremas tangan Ray yang menggenggam tangannya, tanda ia sedang menahan sakit yang teramat sangat.
“Semuanya, Rio sayang kalian” kata Rio lagi. Perlahan mata teduh itu pun menutup, meninggalkan duka dihati orang-orang sekitarnya

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Ify terpaku menatap gundukan tanah basah di depannya. Di tangannya terdapat sebuket mawar putih. Perlahan diletakkan bunga itu tepat disebuah nisan bertuliskan “MARIO STEVANO ADITYA HALING”. Sangat berat ia melangkahkan kakinya meninggalkan area pemakaman, ia tak tega meninggalkan Rio seorang diri disini. Kemudian sebuah tangan halus menyentuh pundaknya,
“Fy, udah sore. Kita pulang yuk. Biarin Rio istirahat dengan tenang” ujar pemilik tangan itu
“sebentar, de! Gue mau pamitan dulu ke Rio” kata Ify.
“Yo, gue pulang dulu ya! Kamu istirahat yang tenang ya! Aku janji, akan sering” dateng kesini, kamu tunggu aku ya” kata Ify sambil mengusap pelan nisan Rio. Kemudian ia bangkit dan berjalan meninggalkan makam Rio. Namun langkahnya terasa sangat berat, ia menoleh sebentar ke arah makam Rio sebelum masuk ke mobil. Tanpa disadari oleh Ify, sepasang mata indah sedang tersenyum membalas tatapan matanya dari atas sana.

Sesampainya dirumah Ify meraih novel yang diberikan Ray kepadanya. Katanya novel itu titipan dari Rio saat dirumah sakit. Rio berpesan, agar ia memberikan novel itu ke Ify jika ia “pergi” nanti. Sepintas ia melihat sebuah tulisan yang sangat ia hapal di halaman terakhir novel tersebut, yaitu tulisan tangan Rio. Penasaran, ia pun segera membaca tulisan itu

Dear Alyssa Saufika Umari

Gue tau lo pasti lagi nangisin gue kan? Hahaha, GR banget gue.
Tapi kalau gue bener, maafin gue ya Fy udah buat lo nangis.
Seandainya gue masih punya waktu, gue pasti akan hapus air mata lo
Tapi apa daya gue, fy! Tuhan udah memilihkan jalan gue seperti ini.

Fy,
gue sayang sama lo, tapi bukan sebagai sahabat.
Melainkan sayang selayaknya seorang laki-laki terhadap kekasihnya.
Gue tau, gue salah punya perasaan ini ke elo.
Maafin gue ya, kalo gue lancang suka sama elo, sementara gue tau kalo lo saat ini udah bahagia sama Debo.

Fy,
Gue yakin lo mampu menjadi seorang pianist terkenal. Seandainya gue mampu, gue akan menjadi orang yang berdiri dibarisan paling depan saat konser tunggal pertamamu.
Jaga diri lo baik-baik ya. Gue akan selalu menjagamu dari tempatku sekarang.
Dan gue mohon, tolong kenang gue dengan senyum lo.

With love
-Mario Stevano-

Hujan diluar seakan ikut merasakan kepedihan hati seorang Ify. Kehilangan seorang sahabat cukup membuat jiwanya terguncang. Ify mendekap novel pemberian Rio, seolah-olah ia sedang memeluk Rio saat ini. air matanya kembali membasahi pipinya. Malam ini ia menangis sepuasnya, menumpahkan segala kesedihannya. Dan ia berharap, esok jika mentari mulai menerangi pagi. Ia tidak akan menangis lagi dan ia akan mengenang Rio dengan senyumannya.

-END-

Kamis, 02 Desember 2010

Trimakasih Guru

Intro: G Gm F#m Bm C A A7 G

F#m Bm A E G
Hari ini, adalah lembaran baru bagimu

F#m Bm A E G
Ku di sini, karena kau yang mendidikku

Em F# G
Tak pernah kuragu akan dirimu

E F#m G E A A7
Inilah diriku yang telah engkau ajarkan ..

reff

D A Bm A
Dan bila kami berhasil kelak suatu saat nanti

G D Em A A7
Bukan krena sepenuhnya karna kami

D A D A
Semua karena engkau, semua karena guruku

G F#m Bm Em
Tak tau diriku akan menjadi apa

A D
tanpamu guruku

C Bm Em F G A

E B Cm B
Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini

A E F#m B B7
Bukan karena sepenuhnya karna kami

E B E B
Semua karena engkau, semua karena guruku

A G#m C#m F#m
tak mampu diriku dapat berdiri tegar ..

B E
Terima kasih guru

Rindu Setengah Mati

G Em
aku ingin engkau ada di sini
Am
menemaniku saat sepi
D
menemaniku saat gundah

G Em
berat hidup ini tanpa dirimu
Am
ku hanya mencintai kamu
D
ku hanya memiliki kamu

[chorus]
G E Am
aku rindu setengah mati kepadamu
Cm G
sungguh ku ingin kau tahu
D/F# Em Am D
aku rindu setengah mati
G Em
meski tlah lama kita tak bertemu
Am
ku selalu memimpikan kamu
D
ku tak bisa hidup tanpamu

[chorus]
G E Am
aku rindu setengah mati kepadamu
Cm G
sungguh ku ingin kau tahu
D/F# Em Am D
aku rindu setengah mati
G C D
aku rindu setengah mati
G E Am
aku rindu setengah mati kepadamu
Cm G
sungguh ku ingin kau tahu
D/F# Em Am D
ku takbisa hidup tanpamu
G
aku rindu

Aishiteru

A E
Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku
F#m
saat ku harus bersabar dan trus bersabar
C#m
menantikan kehadiran dirimu
A
entah sampai kapan aku harus menunggu
E
sesuatu yang sangat sulit tuk kujalani
F#m
hidup dalam kesendirian sepi tanpamu
E
kadang kuberpikir cari penggantimu
A
saat kau jauh disana


[chorus]
A E
walau raga kita terpisah jauh
F#m
namun hati kita selalu dekat
E
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
A E
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
F#m
terhapus ruang dan waktu
E
percayakan kesetiaan ini
A
akan tulus a a ai aishiteru


A E
Gelisah sesaat saja tiada kabarmu kucuriga
F#m
entah penantianku takkan sia-sia
C#m
dan berikan satu jawaban pasti
A
entah sampai kapan aku harus bertahan
E
saat kau jauh disana rasa cemburu
F#m
merasuk kedalam pikiranku melayang
E
tak tentu arah tentang dirimu
A
apakah sama yang kau rasakan


[chorus]
A E
walau raga kita terpisah jauh
F#m
namun hati kita selalu dekat
E
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
A E
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
F#m
terhapus ruang dan waktu
E
percayakan kesetiaan ini
A
akan tulus a a ai aishiteru


[bridge]
B G#m
hapus sendiri pikiran melayang terbang
F#
perasaan resah gelisah
E
jalani kenyataan hidup tanpa gairah

B G#m
lupakan segala misi dan ambisimu
F#
akhiri semuanya cukup sampai di sini
E
dan buktikan pengorbanan cintamu untukku
kumohon kau kembali

[solo] A E F#m E 2x

[Japan song] A E F#m D

[chorus]
B F#
walau raga kita terpisah jauh
G#m
namun hati kita selalu dekat
F#
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
B F#
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
G#m
terhapus ruang dan waktu
F#
percayakan kesetiaan ini
B
akan tulus a a ai aishiteru
F#
wooou wo wooo
G#m F# B
wooou wo wooo

Chord Laskar Pelangi

[intro] A D A D

A D
mimpi adalah kunci
C#m D E
untuk kita menaklukkan dunia
C#m D
pahamilah tanpa lelah
C#m D E
sampai engkau meraihnya

A D
laskar pelangi
C#m D E
takkan terikat waktu
F#m C#m
bebaskan mimpimu di angkasa
D E
raih bintang di jiwa

[chorus]
A D
menarilah dan terus tertawa
A D
walau dunia tak seindah surga
F#m D A E
bersyukurlah pada Yang kuasa
F#m D Bm
cinta kita di dunia
E A
selamanya

[interlude] A D 2x

A D
cinta kepada hidup
A D
memberikan senyuman abadi
Bm C#m
walau hidup kadang tak adil
D E
tapi cinta lengkapi kita

Bm C#m
lalalalaaaaa
D E
haaa ha haaaaa

Bm C#m
laskar pelangi
D E
takkan terikat waktu
Bm C#m
jangan berhenti mewarnai
D E
jutaan mimpi di bumi

[chorus]
A D
menarilah dan terus tertawa
A D
walau dunia tak seindah surga
F#m D A E
bersyukurlah pada Yang kuasa
F#m D E
cinta kita di dunia

A D
laskar pelangi
A D E A
takkan terikat waktu